Saturday, October 01, 2011

How short can you go?

Ketika bursa bergerak liar, dan dana pemodal terlanjur ‘nyangkut’ di saham tertentu, pertanyaan itu mulai terdengar di kalangan dana pensiun; sejauh mana kuat mengambil posisi jangka pendek di pasar?

Pertanyaan tersebut juga relevan ketika perusahaan investasi berorientasi jangka panjang seperti dana pensiun dan asuransi pelat merah, mengutip Kementerin BUMN, membeli saham perdana PT Garuda Indonesia Tbk di tengah bursa saham yang volatil.

Sudah menjadi pengertian umum bahwa bursa saham adalah sarana investasi berisiko tinggi yang menjanjikan keuntungan tinggi (high risk, high return). Namun ketika risiko membesar, apakah posisi long (investasi jangka panjang) layak menjadi pilihan?

Baru-baru ini, Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia Djoni Rolindrawan mengatakan meski saat ini beberapa saham agak terkoreksi, tetapi dana pensiun masih meminati saham-saham unggulan.

“Meski saat ini beberapa saham bank agak terkoreksi, tetapi minat masih ada bagi saham-saham bank unggulan,” tuturnya (Bisnis, 4 Februari).

Posisi buy and hold sempat mendapat justifikasi pada era 1990 ketika para ekonom Amerika Serikat (AS) dan riset kuantitatif Wall Street menyimpulkan horizon investasi jangka panjang di atas 15 tahun menurunkan risiko saham, dan memperlebar keuntungan.

Investor saham tercatat mendapat keuntungan riil yang konsisten sebesar 7%. Itu laba bersih per tahun, sudah dikurangi inflasi. Risiko investor buy-and-hold di saham selama 10, 15, dan 30 tahun juga dinilai lebih kecil dibandingkan dengan investor obligasi dan surat utang pemerintah AS dalam periode yang sama.

Namun itu sebelum resesi global menghantam pada 2008. Dalam salah satu studinya, ekonom University of Chicago Lubos Pastor menyimpulkan ketidakpastian investasi di bursa saham selama 25 tahun mencapai 1,3 kali lebih besar dari mereka yang berinvstasi dalam horizon setahun, dan hampir 1,8 kali untuk periode 50 tahun.

Jika demikian, bagaimana dengan nasib dana pensiun yang umumnya berorientasi jangka panjang? Analis PT Indosurya Securities Reza Priyambada menilai di tengah kondisi bursa seperti sekarang, pemodal buy and hold sebaiknya memilih posisi jangka menengah.

Dia memberi contoh investor yang membeli saham perdana PT Garuda Indonesia Tbk, karena perseroan menyimpan potensi kenaikan jangka menengah dari kenaikan kinerja pascapenambahan armada pesawat.

“Untuk Garuda, secara fundamental perseroan memiliki prospek kinerja positif dengan menguasai pasar penerbangan internasional di Indonesia, di samping posisi penerbangan domestik yang masih kuat. Investor seharusnya mengambil posisi jangka menengah,” tuturnya akhir pekan lalu.

Investor global
Memang diakui, indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 6,58% akibat sentimen negatif inflasi Desember 2010 yang mendekati 7%. Pemodal global memakainya sebagai alasan merealisasikan keuntungan (profit taking) setelah tahun lalu ikut irama bullish pasar.

Namun, kenaikan BI Rate akhir pekan lalu menjadi 6,75% sedikit mengubah peta. Membesarnya selisih suku bunga di Indonesia dengan suku bunga The Fed memperlebar ruang keuntungan pemodal global ke bursa Indonesia.

Ini menjelaskan mengapa kemarin investor asing berbelanja saham yang dilepas pemodal domestik, dengan pembelian bersih (nett buy) sebanyak Rp218,97 miliar. Fakta masuknya pemodal asing ini terkonfirmasi kenaikan rupiah ke posisi tertinggi dalam 3 bulan.

“Para investor nyaman dengan outlook positif ekonomi Indonesia. Dana asing sepertinya mengalir masuk ke Tanah Air,” tutur Head of Treasury and Markets PT Bank DBS Indonesia Wiwig Santoso.

Data Bloomberg menyebutkan nilai tukar mata uang nasional sempat menguat menyentuh Rp8.910, yang merupakan posisi terkuat sejak 12 November 2010. Dengan asumsi tidak ada sentimen negatif mendadak, kondisi ini seharusnya terjaga sepanjang tahun.

Dan ini, bagi analis PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo bukanlah hal yang mengagetkan. “Dengan beberapa IPO beberapa BUMN, banyak yang berkepentingan agar bursa tidak tertekan dalam,” ujarnya.***

Subscribe to: Post Comments (Atom)