membumikan bursa lewat online trading
Era mesin ketik sudah berlalu, sudah saatnya 'berganti baju' dengan internet. Tak mau dibilang 'gaptek', broker pasar modal tak mau ketinggalan dengan penawaran jual-beli saham langsung melalui internet, yang biasa disebut online trading.
Di tanah air, banyak sekuritas sudah melangkah ke sana. Beberapa di antaranya adalah PT Sarijaya Permana Sekuritas, PT Indo Premiere Securities, dan PT BNI Securities.
Mereka membangun sistem dan infrasktruktur teknologi informasi, membuat simulasi pembelian, dan selanjutnya membuat perangkat lunak yang dapat digunakan masyarakat luar dari Sabang hingga Merauke.
Co-Head Indopremiere Online Trading Noviono D. mengatakan online trading bisa menjadi sarana ampuh memperluas jumlah pemodal di bursa Indonesia, karena tingginya minat investasi masyarakat ritel namun minim dan mahalnya akses yang dimiliki.
Dia memberi contoh syarat transaksi saham yang mengharuskan pemodal memberikan setoran minimal Rp20 juta, yang bagi masyarakat negara berkembang ini cukup mahal. Modal itu belum termasuk komisi dan juga risiko kerugian transaksi.
Untuk itu, dengan online trading, pemodal cukup memberikan setoran minimal Rp5 juta, untuk kemudian bisa bertransaksi dari rumah di seluruh penjuru Tanah Air dengan biaya rendah.
“Total, biaya transaksi sebesar 0,4% hingga 0,7% dari total aktivitas transaksi, tergantung secara fundamental atau konvensional. Aplikasi yang ditawarkan cukup lengkap seperti informasi pasar, dan perdagangan dari detik ke detik secara langsung,” tuturnya.
Walhasil, pihaknya telah menggaet lebih dari 6.000 nasabah sejak produk tersebut diluncurkan pada Oktober tahun lalu. “Padahal, sebelumnya hanya ada 200 nasabah yang bertransaksi via broker kami,” ujarnya.
Dia percaya penambahan jumlah nasabah itu dipicu oleh penurunan ongkos dan syarat transaksi saham menjadi hanya Rp5 juta. Jika bertransaksi secara biasa melalui broker di perusahaan sekuritas, umumnya terdapat prioritas transaksi karena kapasitas pesanan yang terbatas.
“Di sinilah keunggulan online trading. Pasar modal dikenal semua orang dengan mudah, transaparan, terjangkau. Nilai transaksi kecil pun bisa dilayani lebih dahulu di lantai bursa berdasarkan prioritas waktu,” ujarnya.
Dengan sistem tersebut, dia menargetkan jumlah nasabah sebanyak 10.000 pada khir tahun, dengan nilai investasi sekitar Rp12 miliar dengan membangun 80 server di Jakarta.
Real time
Selain mempersingkat waktu, online trading memungkinkan transaksi sederhana dan praktis. Peranti lunak tersebut memungkinkan perdagangan saham dalam waktu dua detik, atau mendekati real time sehingga investor bisa bertransaksi di mana saja, kapan pun.
Noviono mengatakan teknologi ini memungkinkan transaksi mendekati waktu aslinya dengan pencatatan pesanan saham secara langsung dan transparan. “Meski nilai transaksi tidak terlalu besar, tidak masalah,” ujarnya.
Bahkan, teknologi tersebut juga menyediakan hampir seluruh data yang dibutuhkan dalam perdagangan saham, seperti grafik historis harga, nilai, dan volume transaksi.
Funding-Marketing Officer Sarijaya Rio R. Widjaja menambahkan transaksi real time tersebut dimungkinkan dengan adanya server, bank data, sistem, dan peranti lunak. Dia mengaku telah membuat sistem ini ketika pertama berkecimpung di pasar modal.
Sarijaya membagikan produk tersebut secara gratis ke tiap investor dan hanya mengenakan tarif biasa untuk perdagangan. Untuk perdagangan baik online maupun manual, Sarijaya mengenakan tarif 0,25% dari total transaksi dan penjualan akan dikenakan tarif 0,35%.
Dengan kelebihan tersebut, Rio yakin teknologi ini bisa mendongkrak penjualan menjadi 50% hingga 100%.
Di negara maju seperti Amerika Serikat, Belanda, China, Singapura, Hong Kong, dan Australia, frekeunsi transaksi melalui teknologi ini rata-rata mencapai lima ribu transaksi dalam sehari..
Investor ritel
PT Reliance Securities Tbk juga melirik ceruk pasar yang sama yakni investor ritel di seluruh Indonesia. Direktur Reliance Nicky Hogan mengaku telah setahun lebih menyiapkan fasilitas tersebut dengan dana investasi lumayan besar.
“Total dana secara keseluruhan, termasuk pengadaan infrastruktur dan sistem, nilainya sekitar Rp5 hingga Rp10 miliar,” tuturnya.
Reliance optimistis dukungan teknologi informasi tersebut akan membantu sekitar 2.000 investor yang dipayunginya. Emiten ini membukukan total aset nasabah antara Rp1 triliun-Rp2 triliun.
Seperti diakui Nicky, kesulitan yang menghadang hanyalah faktor persiapan. Pihaknya mengenalkan sistem online trading kepada karyawan agar tak canggung ketika melayani investor dan mengoperasikan fitur di dalamnya.
Sembari mempersiapkan peluncuran online trading ke publik pelanggannya pada awal tahun depan, Reliance terus 'memelihara' kliennya lebih dahulu di tengah tingginya gejolak bursa.
Nicky berharap tren online trading di Indonesia berkembang seiring waktu. “Bukan tidak mungkin, potensi kenaikan nilai perdagangan saham bisa sampai dua kali atau bahkan tiga kali,” ujarnya.
Bagaimana dengan persoalan keamanan? Noviono menuturkan produk online trading umumnya menggunakan sistem SSL265 bit yang merupakan standar keamanan layanan proses data keuangan di Amerika Serikat.
Nah, jika wajah dunia ini bisa berubah karena revolusi teknologi informasi, tidak muskil wajah pasar modal kita juga berubah dengan fasilitas transaksi internet ini.
Beberapa perusahaan sekuritas mulai mengembangkan fasilitas online trading mereka. Siapa menyusul?
2 pendapat:
Post a Comment