Monday, September 12, 2005

ziarah kesunyian

saatku semakin dekat
dan aku belum siap melakukan ritual ziarah yang kau maksudkan

kawan,
tiba-tiba aku meragu
adakah ziarah semacam itu perlu?
Atau jangan-jangan itu hanyalah angan utopis untuk menjawab kegelisahan
dan pertanyaan mengenai eksistensimu

seorang cendekia,
memang harus siap disingkirkan,
tapi tidak untuk menyingkir,
lari dari realitas

seorang cendekia
harus siap diancam dan diragukan
tapi tidak untuk meragu
akan sikap hidup dan perjuangan

seorang cendekia
harus tetap di sini dan berjuang
bukan hanya dalam tataran angan

kau menemukan kebebasan
dengan ziarah kesunyian,
melarikan jasad dari pergaulan,
membunuh kemunafikan dari pikiran demi kebenaran

dan kebebasan macam itu,
maaf,…kawan
tidak bisa aku praktekkan

kebebasanku harus dapat bermanfaat bagi sesama
aku menemukan kebebasan
saat munafik, menutup kebenaran
demi kemanfa’atan
dan saat dapat memberi kemanfaatan,
di tengah lintas fungsi, kepentingan dan berbagai peran

kawan, selamat berziarah….
Biarkan aku tetap tinggal
membangun peradaban
yang darinya wajahmu kau palingkan

(kudedikasikan untuk seniorku di Hayamwuruk, sang matabadai.)

Subscribe to: Post Comments (Atom)