ziarah kesunyian
saatku semakin dekat
dan aku belum siap melakukan ritual ziarah yang kau maksudkan
kawan,
tiba-tiba aku meragu
adakah ziarah semacam itu perlu?
Atau jangan-jangan itu hanyalah angan utopis untuk menjawab kegelisahan
dan pertanyaan mengenai eksistensimu
seorang cendekia,
memang harus siap disingkirkan,
tapi tidak untuk menyingkir,
lari dari realitas
seorang cendekia
harus siap diancam dan diragukan
tapi tidak untuk meragu
akan sikap hidup dan perjuangan
seorang cendekia
harus tetap di sini dan berjuang
bukan hanya dalam tataran angan
kau menemukan kebebasan
dengan ziarah kesunyian,
melarikan jasad dari pergaulan,
membunuh kemunafikan dari pikiran demi kebenaran
dan kebebasan macam itu,
maaf,…kawan
tidak bisa aku praktekkan
kebebasanku harus dapat bermanfaat bagi sesama
aku menemukan kebebasan
saat munafik, menutup kebenaran
demi kemanfa’atan
dan saat dapat memberi kemanfaatan,
di tengah lintas fungsi, kepentingan dan berbagai peran
kawan, selamat berziarah….
Biarkan aku tetap tinggal
membangun peradaban
yang darinya wajahmu kau palingkan
(kudedikasikan untuk seniorku di Hayamwuruk, sang matabadai.)
0 pendapat:
Post a Comment