Tumpulnya Tanduk Kami
Irvin Avriano A. & Kholikul Alim
"Don't mess with the bull, young man. You'll get the horns," ujar guru SMA bernama Richard Vernon kepada muridnya dalam film Hollywood, The Breakfast Club (1985).
Kosa kata 'bull', dipinjam pelaku bursa untuk menyebut tren kenaikan saham melalui istilah bullish. Di tengah minimnya sentimen bullish di Indonesia, anggota bursa (AB) kini cuma bisa bersungut-sungut mendapati ‘tanduknya’ dikepras.
Adalah Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nurhaida yang merevisi peraturan III.A.3 tentang Persyaratan Calon Komisaris Dan Direktur Bursa Efek pada Februari.
Kebijakannya tersebut membuat ‘tanduk’ para AB, yang semula menjadi banteng hitam dalam pemilihan rapat pemegang saham saham (RUPS) tumpul. Inilah yang terjadi dalam RUPS BEI kemarin.
Tak ada lagi gegap-gempita pemilihan BEI, atau upaya intens para paket calon direksi menyusun program maju untuk menangguk dukungan pemegang saham self regulatory organization (SRO) tersebut.
Praktis, kewenangan pemegang saham BEI dalam memilih direksi, telah secara efektif bergeser ke tangan Bapepam-LK. Apapun program para calon, dari paket manapun, harus sejalan dengan visi (jika tak bisa dibilang; kepentingan) Bapepam-LK.
Inilah harga yang harus dibayar oleh peraturan Bapepam-LK No.III.A.3. Secara prinsip, proses demokratisasi BEI kini kembali ke titik nol, balik ke ‘zaman batu’ sebelum swastanisasi bursa.
Dalam sistem baru tersebut, alur pemilihan direksi bursa pun sempat berpusar tak menentu. Dikabarkan bersitegang di dalam, para direksi yang kembali mencalonkan diri harus menelan ludah karena ‘dipaksa’ duduk lagi dalam satu paket.
Dua pelaku pasar yang pernah berkecimpung di SRO mengatakan retaknya hubungan beberapa direksi yang sempat memecahkan sinergi di tubuh BEI, dipicu oleh kekuasaan yang tak berimbang di antara mereka.
"Ada yang bujetnya besar dan di atas direktorat yang lain, sehingga menyudutkan direktorat atau direksi yang lain. Bukan tentang uangnya, tetapi kuasanya," ujar kedua eksekutif AB tersebut.
Menanggapi informasi yang beredar di pasar tersebut, Ito secara resmi menyatakan keyakinannya bahwa jajaran direksi baru tersebut bakal bisa bekerja sama lagi. Sayangnya, itu tetap saja tak cukup membuyarkan kesanksian AB.
“Pasti kan sudah serasa ‘duri dalam daging’ di dalam manajemen. Bapepam-LK juga tidak transparan buka angka dan justifikasi dari setiap anggota tim pemilih,” ujar seorang eksekutif perusahaan sekuritas kepada Bisnis, pekan lalu.
Bahkan, nada sinis terdengar seputar dugaan bahwa proses seleksi dan pemilihan direksi bursa oleh Bapepam-LK itu hanyalah sandiwara belaka. "Mungkin itu hanya permainan dari mereka [yang terpilih] saja, pura-pura pisah paket kali."
Dugaan itu tak muncul begitu saja, karena faktanya memang hanya ada empat orang calon direksi yang diberi kesempatan memaparkan visinya untuk dua posisi sekaligus, yaitu Samsul, Hamdi, Kiki, dan Yacobus Isharsaya.
Belum lagi beberapa kejadian ganjil lain seperti kedatangan calon direktur utama Ito Warsito dan Hoesen ke acara fit & proper test Nurhaida di DPR dan raibnya proses tes kesehatan dari rangkaian jadwal fit & proper test.
Nurhaida juga terkesan plin-plan dengan melontarkan harapan agar ada banyak calon yang maju dalam sosialisasi pada 8 Maret 2012), dan mendorong kepala divisi (kadiv) BEI maju ke panggung persaingan karena dinilai lebih mengerti seluk-beluk pasar modal.
Ajakan itu disambut serius beberapa kadiv—jabatan di BEI yang kadang diolok-olok sebagai pekerjaan seumur hidup. Yacobus Isharsaya dan Kristian S. Manulang bergabung dalam paket Edgar, hanya untuk kemudian menelan kesia-siaan.
Belakangan, Nurhaida mengklaim terpilihnya mayoritas petahana dalam pemilihan direksi kali ini didasari pertimbangan bahwa mereka lebih memahami program yang digalakkan otoritas pasar modal dalam waktu dekat.
"Mereka sudah tahu persis planning yang akan dilaksanakan. Mereka mengindentifikasi permasalahan yang ada, dan mencoba melihat apa yang perlu dilakukan menghadapi masalah-masalah yang mungkin ada," ujar Nurhaida dalam konferensi pers resmi.
Program seperti infrastruktur dan straight through processing (STP) yang peresmiannya dilakukan awal pekan ini dinilai menjadi salah satu kunci utama keberhasilan calon petahana untuk kembali ke kursi empuk lantai 6 Gedung Bursa Efek Indonesia.
Komentar ini terkesan ganjil, karena justru persyaratan calon direksi diumumkan oleh otoritas pasar modal di belakang proses, bukan di awal.
Harapan ke Depan
Di balik keriuhan itu, Haryajid Ramelan, Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), yang juga bagian dari Asosiasi Profesi Pasar Modal Indonesia, menyimpan harapan BEI tetap menggandeng organisasi bursa.
“Dari banyak organisasi pasar modal, mereka harus dibina agar kualitas bagus dan membantu pengembangan jumlah investor. Profil sudah bagus, tinggal kerjasama untuk mencapai target lebih baik, [karena pada] 2011 targetnya kurang tercapai,” ujarnya.
Tak mengada-ngada memang, mengingat manajemen BEI saat ini sering dikritik karena pendekatan dengan stakeholder pasar modal lain tidaklah sedekat dengan AB, meski lembaga lain juga memiliki andil membantu pengembangan bursa.
Jangan lupa, selain AB, pasar modal memiliki emiten baik saham, obligasi, maupun produk derivatif. Belum lagi investor institusi seperti asuransi, dana pensiun, reksa dana, luar negeri, korporasi, dan bahkan ritel.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Airlangga Hartarto berharap AB memperkuat kemampuan underwriting-nya agar bisa agresif menjamin saham perdana (initial public offering/ IPO), menyusul minimnya jumlah IPO tahun ini.
Ini segendang-sepenarian dengan pernyataan Uriep, Direktur BEI yang masih menjabat, ketika menyatakan 69 AB membukukan laba bersih tahun lalu dan sisanya 41 AB rugi bersih, dari total 110 yang sudah menyampaikan laporan keuangan.
Jumlah sekuritas yang rugi bersih itu naik 64%, dari sebelumnya 25 perusahaan pada tahun sebelumnya, yang merupakan imbas peraturan baru Bapepam-LK soal modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) dan anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG).
Isakayoga pada kesempatan lain menambahkan harapannya terhadap manajemen BEI yang baru untuk menemukan formula kebijakan yang dapat mendongrak likuiditas pasar modal.
Namun, dia menilai direksi lama menjanjikan keunggulan sendiri berupa potensi kesinambungan proyek pengembangan infrastruktur bursa dan masa depan pasar modal ketika bergabung dengan pasar modal Asean dan Asia.
“Supaya aplikasinya tidak lama, tidak perlu belajar lagi, dan komitmennya juga tinggi,” ujarnya.
Kini, untuk meredam pergesekan antar direksi terpilih, hampir setiap hari direksi baru BEI merapat ke lapangan Banteng, merumuskan program bertajuk 7 I's (tujuh i), dengan mengikuti arahan Bapepam-LK.
Ito tentu saja tidak perlu repot menggelar konferensi pers demi meyakinkan stakeholder bursa soal soliditas tim dan kapabilitasnya ke depan. Kerja dan program nyata akan jauh lebih efektif membungkam semua itu.
Harapannya, tren bullish bursa yang oleh beberapa analis diprediksi mampir tahun ini, juga tercermin dalam kerja tim Ito, dan bukan sebaliknya membuat para banteng pasar modal berubah menjadi beruang tidur di tengah senyapnya demokratisasi bursa.
0 pendapat:
Post a Comment