kubur kematian sang waktu
"yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil
memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam
kubur) kecuali sebentar saja." (Al Israa' 17:52)
ayat tersebut menggambarkan bahwa selama kita berada di alam barzakh
(kubur), kita tidak merasakan masa penantian itu sebagai waktu yang
lama. akibatrnya, begitu kita mati tak lama kemudian kita sudah bertemu
dengan hari kiamat.
sekarang jika dimisalkan kiamat terjadi pada 2 Januari 2009, apa berarti
kita-kita yang baru saja menikmati tahun baru ini lebih enak karena tak
perlu merasakan alam kubur, sedangkan nenek moyang kita merasakan
azab kubur (atau sebaliknya mereguk nikmat kubur) selama ratusan
tahun?
misalkan ada dua orang yakni si A dan si B yang sama-sama pendosa,
dengan kadar dosa sama persis, tapi si A mati dikubur di BUMI yang
hanya SETAHUN mengitari matahari, sedangkan si B dikubur di
NEPTUNUS, yang setahunnya sama dengan 248 kali setahun di bumi.
apakah Tuhan tak adil karena B mengalami siksa kubur jauh lebih lama
dari si A??
untuk menjawab itu, kita perlu menginsyafi bahwa alam barzah bukanlah
'kompleks kuburan' penuh patok dan kita ziarahi (yang ikut berotasi
mengitari matahari, dan otomatis masih terikat konsep waktu).
alam barzah adalah tempat di mana manusia kembali kepada Dia,
menunggu hisab. siapa Dia? Dialah yang memiliki sifat “mendahului”
(qadim), yakni apa-apa yang TIDAK memiliki permulaan dalam waktu,
TIDAK terikat waktu, mengada melintasi batas kefanaan dalam hitungan
detik-menit-tahun yang kita sebut; WAKTU.
***
definisi setahun (julian) = 365 hari itu hanya berlaku di bumi. kita
menyebut komet halley muncul 76 tahun sekali karena kita berada di
bumi, tidak di atas komet itu. sebutan "hari" di bumi itu merupakan
deskripsi manusia untuk mengukur pergerakan bumi mengitari matahari.
kata kuncinya adalah: PERGERAKAN.
seandainya kita hidup di atas permukaan komet halley, maka konsep
waktu tentu berbeda. kita bisa jadi bilang, "bumi terlihat di langit
kita setahun sekali!"
yup, penghuni komet halley bisa berkata demikian karena mereka
memiliki acuan sendiri menghitung PERGERAKAN komet tersebut
kembali ke titik mula (bergerak 360 derajat, dari titik A ke A')
dalam rangka evolusi.
bahkan, seandainya kita duduk diam di tengah semesta (di atas
sebuah asteroid yang diam, misalnya) maka kita TERBEBAS dari
jeratan waktu, karena asteroid itu TIDAK BERGERAK.
secara teoritis, segala sesuatu di ruang angkasa/ langit (samaa')
itu memang tidak terikat waktu, SELAMA mereka tidak bergerak. saya
bilang TEORITIS, karena alam semesta dan seluruh isinya TIDAK
PERNAH diam, melainkan saling bergerak menjauh (fakta ini
dibuktikan secara ilmiah oleh Edwin Hubble pada 1929).
dari pergerakan itulah konsep 'waktu' membonceng, yang tak lain
adalah JARAK YANG DITIMBULKAN akibat pergeseran dari satu titik
ke titik berbeda (TIDAK PERNAH ke titik yang sama dari sebelumnya,
karena evolusi planet terjadi bersamaan dengan PERGERAKAN
MATAHARI ke arah bintang Vega).
nah, perbandingan antara dua materi yang sama-sama bergeser di
semesta menuju satu titik akan menciptakan konsep baru bernama:
KECEPATAN. di ranah inilah, waktu menemukan kefanaannya dan
kembali pada hakikatnya sebagai KONSEP, dan bukan REALITAS.
REALITAS yang ada di semesta ini adalah: (sekali lagi) PERGERAKAN,
dan KECEPATAN, yakni perbandingan pergerakan materi dari satu titik
semesta ke titik yang lain.
***
quran mencontohkan dua materi yang bergerak dari bumi ke Tuhan,
dalam kecepatan yang berbeda (dan MELEMPARKAN "waktu" kembali
ke hakikatnya sebagai sebuah KONSEP semata dan bukan REALITAS).
kedua pergerakan materi itu adalah: 'amr' (urusan), dan malaikat.
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik
kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu." (As Sajdah 32:5)
kata 'amr' yang diterjemahkan sebagai "urusan" itu mengarungi semesta
berjarak tempuh X (1 HARI di sisi Allah), yang ditempuh dalam 1.000
tahun alias 1.000 kali evolusi bumi. apa itu 'amr'? 'amr' adalah
segala urusan yang terkait dengan kehidupan di alam semesta, seperti
disinggung di ad-dukhan (44:4)
sekarang, bandingkan dengan materi malaikat (dan ruh) yang
mengarungi semesta berjarak tempuh X juga (1 hari di sisi Allah),
namun setara dengan 50.000 kali evolusi bumi (50.000 tahun), alias
50 KALI lebih cepat dari 'amr':
"Naik malaikat dan ruh kepadaNya dalam waktu sehari yang kadarnya
50 ribu tahun." (Al Maarij:4)
quran tidak sedang menunjukkan kontradiksi atau keterangan berbeda
tentang kadar satu hari di sisi Allah, melainkan sedang menunjukkan
FAKTA bahwa konsep 'WAKTU' adalah RELATIF: SATU HARI memiliki
waktu tempuh berbeda dari materi yang berbeda.
relativitas waktu itu lebih gamblang disinggung di ayat quran ini:
Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?"
Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah
berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja,
kalau kamu sesungguhnya mengetahui. (al-mu'minuun 23: 112-114)
nah, dengan relativitas waktu itulah malaikat (yang terbuat dari
cahaya) bisa mengirim wahyu dengan kecepatan super-cahaya. ini
menjelaskan mengapa dalam SEKIAN DETIK ketika nabi bermuka masam
demi melihat pengemis buta (ummi maktum) ikut nimbrung di
pertemuan dengan pemuka Quraish, Allah LANGSUNG menghardik beliau
dalam firman-Nya di surat abasa (80: 1-16) yang disampaikan
MALAIKAT Jibril.
(OOT, ini jugalah yang menjelaskan maksumnya nabi. sebagai manusia
biasa beliau juga berbuat khilaf, namun Allah selalu mengingatkan
langsung nabi sehingga beliau langsung taubat dan wafat dalam
keadaan suci. ingat riwayat nabi mengumpulkan umat dan meminta
mereka menunjukkan kesalahan beliau agar beliau kembali pada-Nya
dalam keadaan benar-benar suci? silahkan baca di sini)
wallahu a'lam.. selamat tahun baru hijriah dan julian..
7 pendapat:
Pertanyaan kedua, sejak kapan A'a menjadi mahasiswa IAIN? Setahu saya A'a kuliah di Sastra bahasa kafir? Bagaimaa itu hukumnya?
Pertanyaan ketiga: Kenapa al-qur'an dan bahasa Arab dibaca dari kanan ke kiri? Apakah ini artinya penganjuran bagi orang-orang kanan untuk pindah ke kiri?
Pertanyaan keempat: Bagaimana hukumnya bagi yg menunda punya anak padahal ia sudah menikah dan sudah punya penghasilan?
Harap A'a segera menjawabnya koma karena ini pertanyaan genting titik
*mlayuuuuuuuuuuuuu......*
PERTAMA, sejak kapan pengetahuan dan ilmu dalam quran itu hanya boleh dipelajari dan dituliskan seorang ustadz??
KEDUA, tak ada definisi kafir-mukmin untuk ilmu. pesan rasul: carilah ilmu hingga ke negeri china. 'kafir' hanyalah istilah teologi, tak beda jauh dari istilah 'non-muslim'
KETIGA, carilah tahu mengapa huruf latin dibaca dari kiri ke kanan. alasan sama juga berlaku bagi huruf hijaiyah.
KEEMPAT, hukumnya masih lebih mendingan dibanding mereka yang gentar menikah meski telah memenuhi syarat.
semoga memuaskan... :p
oke, saiki apresiasi tenanan terhadap postingan ini.
seko jaman jadul aku tertarik dg perkara waktu (terutama kaitannya dg place dan space). kubur itu memang place krn pny ukuran berapa kali berapa meter, tp yg terpenting ia adalah space. beda terpenting place dan space adalah place terutama merujuk pada dirinya sendiri yg das-ding-an-sich alias being-it-self, sementara space di dalam dirinya mengandung-memuat unsur subjek yang menempati (placed). pendeknya, bicara ruang juga bicara tentang kesadaran subjek terhadap apa yang ia tempati dan pada saat yang sama waktu menyelinap ke dalam ruang dan kesadaran membuat intimitas tiap manusia atas ruang pun akan ikut berpengaruh.
itu sebabnya dikenal beda antara "waktu pribadi" dan "waktu konvensi". yang kedua merujuk waktu yg telah dicacah berdasar satuan dan diakui scr umum (detik, menit, jam, dll), sementara "waktu pribadi" merujuk penghayatan manusia atas waktu, sehingga momen menunggu yang hanya 1 jam bisa menjadi berjam-jam bagi penunggu yang jengkel (giddens menambahkan satu unsur lagi yaitu "waktu publik", misale: lebaran dg mudiknya).
pada akhirnya waktu memang relatif, seperti yg kamu bilang. bahkan di kebudayaan-kebudayaan tertentu, mereka punya satuan sendiri yang berlaku sbg konvensi umum di antara para penghayatnya. makanya kalender beda-beda dan ada beragam versi.
itu di dunia yang fana ini, apalagi di akherat dan alam pasca kematian. si A yang mati entah msh pny kesadaran atau tidak, padahal itu menjadi kunci relativitas waktu di area "waktu pribadi" seperti yg sudah aku singgung sebelumnya. roh --katakanlah begitu-- entah dg cara apa menghayati waktu dan entah dg cara apa pula mendiami ruang, kita tidak tahu, krn kt masih berbicara ttg akhirat dalam konsep dg spesifik merujuk postinganmu ini dalam konsepsi teks qur-an, dalam "trace" (kalau kata derrida) bkn akhirat das-ding-an-sich.
menarik misalnya jika kt berbicara ttg roh sbg kesadaran macam ajaran salah satu "agama" non-samawi (tapi ini di luar cakupan postinganmu tentu saja). apakah roh atau kesadaran ini menghayati waktu dan menghayati ruang? terus terang: wallahualam.
secara pribadi, salah satu yg masih sering mengusik imajinasi saya soal waktu ini adalah konsepsi "tak berawal dan tak berakhir" dari sifat Tuhan. kalo tak berakhir sih masih bs dibayangkan, tp tak berawal sungguh pening dibayangkan. tentu saja ini bias cara berpikir manusia (ingat komenmu ttg pertanyaan jebakan di postingku).
ya, tak berakhir dan tak berawal: kebadian. apakah gerangan keabadian? fyuh, saya sempat mencoba menerjemahkan keabadian dalam beberapa baris deskriptif, tapi sungguhlah saya tak mampu.
harus diakui, deskripsi james joyce tentang keabadian (di neraka) dalam salah satu novelnya masih yang terbaik dalam cita rasa saya. coba kamu tengok arsip bulan januari 2008 di blogku, di sana aku kopas-kan deskripsi ala joyce ttg keabadian.
eh iya, A' Arip...
MANA 3GP MALAM PERTAMA?!
Post a Comment