Duh, mas Beye lebai lagi..
Lebaran kali ini, direksi bursa mendapat ‘parsel’ istimewa dari istana, berupa kritik retoris mengenai libur bursa yang terlalu lama dan dikhawatirkan mengganggu aktivitas bisnis dan pasar modal nasional.
Secara esensial, kritik kepala negara tersebut terbilang konstuktif, karena menekankan pentingnya semua pihak bekerja lebih keras dalam melayani kepentingan publik. Apalagi, data juga menunjukkan bahwa 1 hari transaksi bursa bisa merepresentasikan aktivitas bisnis bernilai triliunan rupiah.
Lihat saja, transaksi bursa sehari sebelum dan sesudah libur Lebaran tahun lalu yang sangat tinggi yakni Rp4,88 triliun pada 17 September 2009, dan Rp4,67 triliun pada 24 September. Nilai transaksi itu melampaui rata-rata transaksi harian 2009 senilai Rp4,06 triliun.
Namun, pada akhirnya kritik tersebut terdengar hanya retorika semata, sehingga memicu keheranan sebagian pelaku pasar. Kritik yang disampaikan istana tersebut justru membuka faktta lemahnya koordinasi birokrasi pemerintah.
“Presiden sampeyan kok aneh-aneh aja ya? Lha wong sudah ada Surat Keputusan [SK] PT Bursa Efek Indonesia [BEI] tentang libur bursa kok masih ditanya,” komentar seorang analis, kemarin.
Keheranan pelaku pasar itu bisa dibilang wajar, mengingat kritikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut baru muncul ketika liburan usai. Padahal, libur kontroversial itu telah ditetapkan pada 29 Oktober tahun lalu dalam rapat umum pemegang saham luar biasa [RUPSLB].
Hasil RUSPLB tersebut langsung dilaporkan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan Departemen Keuangan selaku instansi terkait. Celakanya, SBY baru mengetahui perihal libur sepekan itu dari tayangan televisi dan bukannya dari jejaring birokrasi yang dibawahinya.
“Saya mengecek di televisi, pasar saham belum buka. Disebutkan libur sejak 8 September, sudah seminggu," kata Presiden dalam sambutan Sidang Paripurna di Istana Negara, Selasa kemarin.
Benarkah libur tahun ini terlalu lama? Mari kita cek kalender bursa BEI. Berdasarkan data transaksi bursa, masa libur tahun ini sebenarnya sama persis dengan tahun lalu yakni 6 hari.
Tahun lalu, libur bermula 18-23 September 2009 alias 6 hari. Bahkan jika dilihat lebih jauh, jumlah libur bursa tahun ini sebanyak 16 hari resmi itu lebih sedikit dibandingkan dengan2009 dan 2008 yang masing-masing sebanyak 20 hari.
Sebaliknya, jumlah hari bursa 2010 juga lebih banyak, yaitu 245 hari dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya yang berturut-turut 243 hari dan 242 hari. Khusus 2009, terdapat 1 hari libur tengah pekan karena adanya Pemilihan Presiden.
Nah, Lo.. apanya yang libur kelamaan? Toh tahun lalu libur bursa juga 6 hari? Jadi ke mana saja Presiden selama ini dan kenapa pula merasa perlu pamer kritik lebay itu di lembaga resmi pemerintah?
Jika saya jadi beliau--dan saya tak pernah tertarik untuk itu--saya akan berusaha berkomentar dengan basis data dan tidak cenderung reaksioner setelah nonton televisi.
Tak signifikan
Menanggapi pernyataan presiden, seorang analis lain menilai lamanya libur bursa selama sepekan untuk memeringati hari raya Idul Fitri 1431 Hijriah tidak signifikan memengaruhi kinerja emiten di bursa Indonesia, terutama yang berorientasi ekspor.
Aktivitas penggalian dana seperti melalui pencatatan saham pernana (initial public offering/ IPO) diperkirakan masih berjalan seperti biasa, meski secara administratif terlambat beberapa hari.
“Proses IPO mungkin tertunda karena kendala administrasi, namun prospeknya masih menarik karena situasi bursa global saat ini yang cenderung menguat [bullish] mengikut data ekonomi China dan Amerika Serikat [AS] yang positif,” tuturnya.
Perusahaan terbuka berorientasi ekspor, lanjutnya, tidak banyak terpengaruh pengurangan hari kerja akibat cuti bersama, karena penjualan barang ke luar negeri pada umumnya berbentuk kontrak yang dilakukan sebelum libur bursa.
Polemik mengenai libur bursa ini mau tidak mau mengingatkan saya pada periode transaksi bursa negara tetangga, Malaysia, yang baru ditutup pukul 17.00 atau sejam lebih lama dari mayoritas bursa kawasan.
Kebijakan yang diharapkan memicu frekuensi dan nilai transaksi lebih tinggi itu justru menjadi bumerang karena membuat perusahaan sekuritas negeri jiran ini harus bekerja ekstra, di tengah permintaan transaksi yang nyaris nol di jam-jam terakhir perdagangan (sluggish hours).
Sama seperti bursa pada umumnya, aktivitas perdagangan baru bergeliat di menit-menit terakhir penutupan, sehingga menciptakan kontradiksi dibandingkan dengan lamanya para pekerja sekuritas menikmati waktu kosong.
Apalagi di tengah era komputer, transaksi bisa melonjak signifikan hanya sekian detik, dan tak lagi berkorelasi positif dengan lamanya periode transaksi. Itulah mengapa asosiasi broker saham Malaysia justru meminta jam transaksi harian bursa diperpendek.
Lalu kenapa SBY merasa lontaran itu perlu diangkat di forum setinggi sidang paripurna? Well, ada dua kemungkinan. Pertama, dia makin peduli dengan berita di TV. Ini bagus karena dia makin melek melihat situasi rakyatnya, sehingga ke depan tidak ada lagi parade kaum miskin dan ‘membunuh’ salah satu dari mereka.
Kemungkinan lain, tidak ada yang berubah dari dia. Kepedulian pada ‘kerugian’ akibat libur bursa yang absurd itu hanyalah upaya lain membangun imaji seolah dia ini pemimpin yang peduli, tepat setelah orang miskin tewas dan puluhan lain tersia-sia di halaman istana dinasnya.
Tapi, well.. mari kita menghargai esensi kritikan SBY tersebut, sembari menertawakan aksi dia yang terlihat lebay macam pahlawan kesiangan itu. Minal aidin walfaizin mohon maaf lahir batin, pak Presiden.. Saya bersyukur putaran Pilpres ke depan anda tak lagi mencalonkan diri.***
2 pendapat:
Post a Comment