Ekspektasi baru di 33 tahun pasar modal
Hari ini, pasar modal Indonesia menginjak usia 33, sebuah konfigurasi numerik yang dalam tradisi numerologi Yunani Kuno disebut-sebut sebagai angka istimewa karena menjadi simbol kebenaran.
Bagi pelaku pasar, angka ini setidaknya juga istimewa mengingat indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level psikologis 3.000 pada Juli tahun ini. Sebagian kalangan yang tergolong optimistis bahkan berani memprediksi indeks menembus level 3.300 akhir tahun ini.
Salah satunya adalah analis PT HD Capital Yuganur Wijanarko. Dalam salah satu laporan risetnya pekan lalu, dia menilai IHSG memiliki ruang menembus level 3.300 pada akhir 2010 ditopang aliran dana asing ke bursa dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berlebihankah perkiraan Yuganur? Mari kita cek, apakah ulang tahun ke-33 pasar modal ini memang layak menjanjikan ‘kado’ yang menarik bagi para penggiat industrinya.
Sepanjang tahun berjalan, IHSG tercatat menguat 21,63% dan ditutup ke level 3.082,59 pada Senin kemarin. Dengan kenaikan itu, bursa Indonesia melibas indeks bursa negara yang pasarnya tumbuh pesat (emerging market) yakni Brasil, Rusia, India, dan China (BRIC).
Indeks keempat negara tersebut sepanjang tahun berjalan justru melemah 1,2%, dan terhitung masih 42% di bawah rekor penutupan tertingginya.
Head of Emerging Markets Investment BNP Paibas Investment Partners Martial Godet menilai pasar Indonesia dan Turki saat ini memiliki momentum pertumbuhan. Keduanya menembus rekor penutupan tertinggi secara bersamaan, yakni pada 29 Juli.
“Momentumnya bagus untuk kedua pasar tersebut. Mereka belum menjadi investasi utama, sehingga investor terus menambah dananya,” tuturnya, seperti dikutip Bloomberg.
Bloomberg memaparkan data fantastis, yakni emiten-emiten di Indonesia mengalahkan proyeksi para analis dengan membukukan kinerja keuangan yang melampaui konsensus mereka dalam lima triwulan terakhir, secara berturut-turut.
Fakta ini mengonfirmasi mengapa manajer investasi (MI) reksa dana global dengan total dana kelolaan US$250 miliar (Rp2.500 triliun) di EPFR Global menempatkan Indonesia di puncak daftar layak beli.
Pada Juli lalu data EPFR Global, lembaga pemonitor dana investasi lintas negara, menyebutkan Indonesia menjadi tujuan favorit pengelola dana global menanamkan investasi, menyisihkan 21 negara lainnya.
Sekadar menyebut contoh, Chairman Templeton Asset Management Ltd. Mark Mobius dalam situs resminya Juni lalu menyatakan pihaknya melihat Indonesia memiliki kesempatan investasi positif.
Paling atraktif
Chairman dan Chief Investment Officer Emerging Markets Management LLC Antoine van Agtmael, seperti dikutip Bloomberg, juga menilai Indonesia paling atraktif di antara pasar saham Asia Tenggara.
Tidak heran, PT JP Morgan Securities Indonesia merekomendasi peringkat overweight (layak beli) untuk bursa saham nasional, mengindikasikan ekspektasi investor melanjutkan aksi beli saham-saham Indonesia hingga akhir tahun.
Rekomendasi diberikan setelah IHSG mengalahkan proyeksi konservatif mereka yang menilai level psikologis 3.000 baru tersentuh pada akhir tahun. Dunia mencatat pada 21 Juli, alias enam bulan mendahului proyeksi tersebut, IHSG telah bertengger di level 3.000.
Analis JP Morgan Aditya Srinath memperkirakan kenaikan IHSG bisa berlanjut, mengingat peta moneter internasional memungkinkan investor asing menempatkan lebih banyak data ke pasar modal Indonesia.
“Terhentinya pertumbuhan ekonomi di negara-negara lain berarti dana-dana asing akan menggenangi pasar Indonesia, mendongkrak harga saham,” tuturnya dalam laporan riset berjudul Conflicts: Perspectives & Portfolios, hari ini.
JP Morgan menilai ekonomi Indonesia berpotensi terus tumbuh terlihat dari sinyal pemulihan sektor manufaktur, sektor yang selama ini dikenal sebagai industri yang kurang ‘seksi’. Investasi sektor manufaktur tercatat tumbuh 38% pada 2007-2009.
Broker asing ini menilai pulihnya sektor manufaktur akan mendongkrak konsumsi dan daya beli masyarakat, sehingga dia merekomendasikan beli saham-saham unggulan di sektor konsumsi.
Kuncinya, tutur Aditya, penguatan kurs rupiah berlanjut, diiringi melemahnya inflasi, penurunan persepsi risiko investor, kuatnya pertumbuhan ekonomi, dan terjaganya suku bunga (BI Rate).
Jika kondisi itu terpenuhi, pasar modal Indonesia pun berpotensi tumbuh cepat tahun ini, jauh lebih cepat dari kinerja regulator memperkuat pengawasan pasar modal melalui revisi UU pasar modal, atau otoritas bursa dalam meraih target 2,3 juta investor.***
Target kinerja BEI
• Emiten baru sebanyak 25 perusahaan pada 2010
• Transaksi harian Rp4,5 triliun pada 2010
• Investor baru sebanyak 2,3 juta orang pada 2012
• Kapitalisasi pasar senilai Rp3.000 triliun pada 2012
Pekerjaan prioritas Bapepam-LK
• Revisi UU pasar modal
• Pembentukan otoritas jasa keuangan (OJK)
• Menyelesaikan kasus PT Optima Kharya Capital Securities
• Merampungkan revisi peraturan anggota bursa (AB), modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) dan dual listing
0 pendapat:
Post a Comment