Friday, August 22, 2008

enaknya miliki bumi lewat bakrie & brothers

Sejak akhir 2007, PT Bakrie & Brothers Tbk meniupkan ambisi menjadi perusahaan investasi dengan aset kelolaan lintas bisnis. Namun jika tidak hati-hati menggali dana, saham PT Bumi Resources Tbk bisa melayang.

Untuk membiayai impiannya, perusahaan milik keluarga Bakrie ini pontang-panting menggali dana dari berbagai skema. Sebagai gebrakan awal, mereka menerbitkan saham baru (rights issue) senilai Rp40 triliun, yang merupakan terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.

Kabar terbaru, mereka mengantongi pinjaman senilai total US$300 juta atau setara Rp2,74 triliun dari JP Morgan Chase Bank NA dan ICICI Bank Ltd, dengan menggadaikan saham di emiten anak usahanya.

Perseroan juga menjajaki pendanaan kombinasi untuk membiayai utang yang jatuh tempo tahun depan senilai US$1 miliar (sekitar Rp9 triliun). Beberapa skema yang dijajaki adalah obligasi konversi, obligasi konvensional, dan utang bank.

“Aksi korporasi guna pendanaan itu akan kami laksanakan tahun ini guna membayar utang US$1 miliar pada tahun depan,” tutur Direktur Keuangan Bakrie & Brothers Tbk Yuanita Rohali (Bisnis, 21 Agustus).

Nafsu pendanaan grup Bakrie dengan menggadaikan saham di anak usaha ini mulai disorot seiring munculnya spekulasi keberadaan transaksi repo, di balik naiknya porsi saham investor institusi melalui PT Bank Danamon Tbk.

Bank kustodian (wali amanat) itu pada 4 Agustus-8 Agustus tiba-tiba ‘memiliki’ 7,99% saham Bumi, menggerus kepemilikan grup Bakrie menjadi 6,75% saham dari semua 7,44% (1,44 miliar unit) saham.

Spekulasi muncul terkait keberanian Bakrie & Brothers mempertaruhkan kepemilikannya di anak emas guna menopang ambisi grup. Sejauh ini, Bumi menopang 74% portofolio grup Bakrie, yang nilainya sebesar US$5,56 miliar.

Dari kaca mata investor kelas kakap, ambisi grup Bakrie menggali dana dengan menggadai saham Bumi ini memperlebar kesempatan menguasai saham Bumi dengan harga murah.

Analis PT CIMB-GK Securities Rania Rahmundita menyebutkan pembelian saham berkode BNBR bisa menjadi opsi untuk memiliki saham BUMI secara tidak langsung.

“Kalkulasi kami menyebutkan bahwa membeli saham BUMI melalui BNBR mengimplikasikan diskon sebesar 5%,” tuturnya dalam laporan riset pada 14 Agustus.

Saat ini, lanjutnya, diskon tersebut memang tidak cukup besar. Namun, diskon dipastikan membesar jika harga saham Bumi meninggi, sedangkan saham BNBR tetap stagnan.

Sepanjang tahun ini, harga saham BUMI melemah 11,7% ke level Rp5.300, jauh meninggalkan harga BNBR yang terperosok 39,5% ke level Rp345.

Dalam keterangan resminya, Direktur PT Bakrie & Brothers Tbk Dileep Srivastava menegaskan tidak pernah mengurangi kepemilikan saham di Bumi, melainkan hanya menggunakannya sebagai jaminan utang.

“Wajar bagi perusahaan investasi seperti Bakrie & Brothers menjadikan portofolio sahamnya sebagai jaminan pendanaan dan investasi,” tuturnya.

Respons pasar
Dalam laporan riset terpisah, analis PT UBS Securities Indonesia Johannes Salim menilai pasar masih memandang Bakrie & Brothers sebagai perusahaan konglomerat belaka, dan bukan sebagai perusahaan investasi.

“Kami menegaskan tidak ada yang salah dengan ambisi Bakrie. Namun, kami melihat Bakrie belum membuktikan dirinya sebagai perusahaan investasi utama dengan jejak rekam yang cukup,” tuturnya.

Meski manajemen mengidentifikasi proyek senilai US$10 miliar dari berbagai sektor yang bisa digarap, namun hingga kini belum ada struktur pendanaan jelas untuk merealisasikan proyeksi tersebut.

Risiko biaya tinggi ekspansi Bakrie & Brothers sejauh ini telah membuat laba per saham (EPS) saham tergerus. Langkah rights issue senilai Rp40 triliun, misalnya, mendorong UBS memangkas EPS saham BNBR untuk 2008 dari Rp32 menjadi Rp21 per saham.

UBS merekomendasikan netral (tahan) untuk saham perusahaan milik Aburizal Bakrie, orang terkaya Indonesia versi Forbes tersebut. CIMB-GK pun memberi rekomendasi serupa terutama karena tingginya utang untuk akuisisi senilai US$1 miliar.

Johannes menilai rights issue Bakrie & Brothers tidak menyisakan kas sedikitpun, sehingga perseroan perlu mendongkrak gearing ratio, bergantung pada sumbangan dividen, atau menjual kepemilikannya untuk menggali dana.

Perseroan sejauh ini justru masih bergantung sepenuhnya pada Bumi yang menyumbang 73%-82% nilai aset bersih dan merefleksikan 85%-90% pendapatan konsolidasi Bakrie.

***

my raw-writing, before edited and cut to be this one.

Andy MSE said...
Jadi inget lumpur. Kontras banget. Tingginya ambisi bisnis kel bakrie tidak sepadan dengan perhatian kepada umat
turabul-aqdam said...
ada gosip, katanya lumpur itu sengaja dikeluarin untuk mengusir penduduk, sehingga perusahaan bisa mengeksplorasi kekayaan alam di sekitarnya lebih murah (ga perlu pembebasan lahan dengan proses biasa nan mahal).

jika benar demikian, keji. betul-betul keji. tapi ya itu.. cuman gosip.. :D
Subscribe to: Post Comments (Atom)